
Ketika Dunia Berhenti Berputar
Saat seorang klien datang membutuhkan sesi hipnoterapi dikarenakan membutuhkan kesiapan mental dalam menerima diagnosis terminal (terminal illness) dapat diibaratkan seperti berdiri di tepi jurang, di mana waktu tiba-tiba terasa lebih pendek, dan setiap napas terasa lebih berharga. Situasi ini adalah momen yang mengubah hidup klien sebagai sebuah “pukulan emosional” yang mengguncang fondasi keberadaan seseorang. Namun, di balik keputusasaan, Insya Allah pasti ada ruang untuk menemukan kedamaian, penerimaan, dan bahkan kebahagiaan yang mendalam.
Mengapa topik ini penting?
Terminal illness adalah istilah yang muncul saat seseorang didiagnosis menderita penyakit yang berdampak pada minimnya harapan hidup seseorang, atau tidak lain seseorang yang tidak lagi memiliki masa depan akibat penyakit yang dideritanya.
Dalam setiap proses kehidupan, kematian merupakan satu-satunya kepastian yang pastinya dimiliki oleh setiap yang bernyawa, namun sedikit dari kita yang benar-benar siap menghadapinya, apalagi ketika waktu yang tersedia diberi suatu batasan, yang biasanya diiringi dengan permasalahan yang muncul beragam, mulai dari penolakan, kemarahan, depresi, hingga pencarian makna.
Artikel ini hadir untuk memberikan perspektif holistik tentang bagaimana klien dapat mengelola emosi, menemukan kekuatan dalam kerapuhan, dan hidup dengan penuh kesadaran meski di bawah bayang-bayang diagnosis terminal illness.
Dari Keputusasaan Menuju Penerimaan, (5) Lima Tahap Transformasi Emosional
1. Lima Tahap Berduka, sebuah Proses Alami Menemukan Kembali Diri
Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater ternama, memperkenalkan model lima tahap berduka, mulai dari denial (penolakan), anger (kemarahan), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan). Tahap-tahap ini tidak bersifat linier, bisa saja seseorang bisa bolak balik antara kemarahan dan depresi sebelum akhirnya mencapai penerimaan.
- Penolakan: “Ini pasti kesalahan dokter.”
- Kemarahan: “Mengapa ini terjadi padaku?”
- Tawar-menawar: “Jika aku berubah, mungkin aku akan sembuh.”
- Depresi: “Aku tidak punya kekuatan lagi.”
- Penerimaan: “Aku akan menjalani hari-hariku dengan penuh syukur.”
Fakta Ilmiah :
Studi dari Journal of Palliative Medicine (2020) menunjukkan bahwa 60% pasien terminal mengalami peningkatan kualitas hidup setelah mencapai tahap penerimaan melalui terapi psikologis dan mindfulness.
2. Kekuatan Mindfulness, Hidup dalam Detik Ini
Saat masa depan tak lagi pasti, satu-satunya yang kita miliki adalah sekarang. Mindfulness (praktik menyadari momen saat ini tanpa penghakiman), terbukti mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
Contoh Latihan:
- Pernapasan Sadar : Aku menarik napas, aku tahu aku hidup. Aku menghembuskan napas, aku melepaskan segala ketakutan
- Visualisasi : Bayangkan diri Anda di tempat tenang, sebuah danau, taman, atau ruang nyaman. Rasakan kehangatan, dengarkan suara alam, dan biarkan diri Anda hadir sepenuhnya.
3. Memaafkan dan Melepaskan, Bebaskan Diri dari Beban Emosional
Banyak pasien terminal terjebak dalam penyesalan atau dendam. Hipnoterapi mendampingi memandu dan memberikan pencerahan untuk melepaskan emosi negatif sebagai langkah penting menuju kedamaian batin.
Sugesti Positif:
- “Aku memaafkan diriku dan orang lain. Aku melepaskan semua hal yang tidak melayani kebaikanku.”
- “Setiap hari adalah hadiah, dan aku memilih untuk mengisinya dengan cinta.”
Kisah Nyata: Seorang pasien kanker stadium akhir, setelah mempraktikkan meditasi maaf, melaporkan bahwa ia bisa berdamai dengan keluarganya dan merasa lebih ringan secara emosional.
4. Syukur, Mengubah Lensa Pandang Hidup
Bahkan di saat tersulit, selalu ada sesuatu yang patut disyukuri, sinar matahari, tawa orang terkasih, atau kenangan indah. Penelitian dari Harvard Medical School membuktikan bahwa praktik syukur harian meningkatkan kebahagiaan dan ketahanan mental.
Latihan Harian:
- Setiap pagi, ucapkan: “Hari ini, aku bersyukur untuk…” (sebutkan satu hal kecil).
- Buat jurnal syukur untuk mencatat momen-momen berharga.
Ketika Setiap Detik Menjadi Mahakarya
Diagnosis terminal illness bukanlah akhir, ini adalah salah satu momentum pengingat untuk hidup dengan lebih sadar, lebih penuh, dan lebih bermakna. Seperti kata Viktor Frankl, “Hidup tidak pernah tak tertahankan karena keadaan, tetapi karena kurangnya makna.”
Klien mungkin tidak bisa mengubah diagnosis, tetapi Klien bisa mengubah cara pandang meresponsnya. Dengan mindfulness, penerimaan, dan syukur, setiap hari bisa menjadi mahakarya, sebuah kesempatan untuk mencintai, tertawa, dan meninggalkan warisan cinta bagi dunia.
“Kematian bukanlah kebalikan dari hidup, melainkan bagian darinya. Dan dalam setiap akhir, selalu ada awal yang baru.”
Salam Hipnosis & Hipnoterapi
Andri Hakim, CHt, CI (IACT-USA)
President IACT Chapter Indonesia