Anak-anak seringkali mengalami beberapa kelemahan dalam menangkap sebuah ide, informasi, perintah dan nasehat yang akan ia serap dan lakukan. Namun sebenarnya kemampuan menyerap segala informasi anak, sangatlah “ luar Biasa”. Hal inilah yang seringkali terlewatkan oleh para orang tua yang melupakan “masa-masa keemasan” anak.
Gland Doman dalam bukunya “ How to teach Baby To Read”, Bagaimana mengajarkan Bayi Anda membaca, menjelaskan bahwa saat usia anak berkisar 0 – 6 tahun anak memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa dan masa inilah masa yang paling sempurna untuk mulai dilakukan proses pembelajaran. Namun secara realitas, seringkali orang tua masih sibuk dengan urusan pekerjaannya. Apalagi saat anak-anak masih kecil, orang tua (ibu dan bapaknya) masih mengejar “karir dan jabatan”, sampai-sampai menomor duakan anak. Padahal saat-saat usia 0-6 tahun tersebut, anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dalam bentuk pelukan, sapaan, ciuman, dll .
Coba Anda bayangkan, bagaimana seorang anak yang menginginkan ciuman dari ke dua orang tuanya, setelah seharian penuh bermain dengan pengasuh/baby sitternya dan kemudian menanti-nantikan kedatangan kedua orang tuanya yang pulang dari aktivitas kerjanya di saat sore hari menjelang malam. Namun alangkah kecewanya hati sang anak, saat orang tuanya pulang ke rumah dengan kondisi lelah dan segera ingin beristirahat, Keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya dengan berusaha mengajak bermain, disapa, dibelai atau dipeluk ibu dan bapaknya tidak sempat ia peroleh sama sekali. Terlebih lagi, hampir setiap hari kejadian tersebut berulang-ulang.
Sebuah hal yang wajar apabila disaat besar nanti, saat orang tua telah memperoleh karir dan jabatan yang tinggi, serta memiliki penghasilan besar, maka orang tua berusaha untuk membahagiakan anak-anaknya, atau dalam istilah singkatnya “ mau bayar utang kasih sayangnya kepada anak yang tidak terbayar saat anaknya kecil”. Namun sang anak sudah terlanjur memiliki memori negatif di pikiran bawah sadarnya. Terlebih lagi, kadangkala didikan Baby Sitter yang terkadang memiliki “pengaruh kurang baik” terhadap tumbuh kembang anak, membuat anak sulit diajak komunikasi oleh kedua orang tuanya.
Saat usia anak di atas 6 tahun, saat kedua orang tua ingin memeluk dan mencium, maka jangan heran jika sang anak sudah tidak mau lagi menerima bentuk kasih sayang seperti saat ia pernah jadi “dede kecil”. Di saat Usia 6 tahun keatas, “perasaan malu” anak mulai timbul, dan jika ia masih diperlakukan seperti anak batita yang “digandeng-gandeng” oleh orang tuanya apalagi “dicium pipinya” di depan umum dapat dipastikan ia pasti berusaha memalingkan perlakukan orang tuanya tersebut.
Namun, jika sekarang Anda termasuk dalam kategori kejadian diatas, maka sebagai orang tua, Anda tidak perlu khawatir, karena usia emas Anak sebenarnya berkisar antara 7 – 15 tahun, dimana dalam kurun waktu tersebut terdapat proses pembelajaran secara optimal terhadap Anak. Anak menjadi sangat cepat menjadi peniru ulung dan bahkan mampu menyerap berbagai informasi secara cepat. Disinilah orang tua sebagai penanggung jawab utama anak harus siap menjadi rekan bagi anak-anaknya. Mereka harus mampu melakukan komunikasi dua arah yang benar-benar mampu memberikan informasi yang mudah dimengerti dan tidak memiliki makna ganda yang membingunkan anak.
Pemilihan kata-kata yang tepat, tidak menyinggung, tidak selalu menggurui, bersifat bijak, dan menyenangkan membuat anak menjadi lebih dekat dengan kedua orang tuanya, selain itu juga diperlukan keahlian dalam menguasai bahasa yang bersifat subjektif yaitu komunikasi yang dibangun dari hati ke hati. Dalam hipnosis dikenal dengan istilah komunikasi bawah sadar. Komunikasi ini sangat menekankan pelibatan bahasa non verbal saat berkomunikasi, misalnya, saat Anda mengatakan bahwa Anda bahagia, maka mimik wajah Anda juga harus tersenyum dan terlihat bahagia. Hal inilah yang seringkali tidak disadari bagi orang tua yang sedang berkomunikasi kepada anak-anaknya. Sebuah pertengkaran keluarga sebaiknya diminimalkan mungkin agar tidak berdampak buruk bagi memori sang anak. Saat Anak menerima informasi negatif seperti mendengar atau melihat kedua orang tuanya bertengkar bahkan ssalah satunya misalnya melakukan tindakan kekerasan, maka hal tersebut segera direkam oleh memori sang anak dan langsung merekamnya dan disimpan ke pikiran bawah sadarnya maka hal tersebut siap menjadi bom waktu yang kapan saja dapat meledak di kehidupan anak kedepan.
Komunikasi Pikiran Bawah Sadar sebenarnya mencoba untuk memberikan informasi positif kepada anak, agar anak dapat memahami maksud dan keinginan orang tuanya dan sebaliknya anak mampu menyerap sempurna setiap informasi yang berkualitas dari kedua orang tuanya.
Komunikasi Pikiran Bawah Sadar sebenarnya mencoba untuk memberikan informasi positif kepada anak, agar anak dapat memahami maksud dan keinginan orang tuanya dan sebaliknya anak mampu menyerap sempurna setiap informasi yang berkualitas dari kedua orang tuanya. Komunikasi merupakan kunci sukses hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Bentuk kasih sayang seperti pelukan, ciuman, sentuhan, dll merupakan bentuk komunikasi dari ”pikiran bawah sadar” yang perlu dipupuk dan dilatih kepada anak sejak anak usia dini. Sehingga sampai kapanpun komunikasi ”kasih sayang” (compassionate Communication) dari ke-dua orang tua kepada anak-anaknya dapat terus berlangsung, tanpa anak merasa malu, terganggu, dll
Inilah mengapa dalam tulisan ini orang tua bisa menjadi “biang kerok” atas setiap tindakan dan kepribadian sang anak. Saat kita sebagai orang tua sekaligus menjadi rekan bagi anak yang mampu memberikan motivasi, nasehat dan inspirasi maka sang anak siap menjadi penerus generasi bangsa yang berbudi luhur, beretika dan siap menjadi suritauladan bagi generasi penerusnya kedepan.
Salam Hipnosis,
Andri Hakim, IACT Chapter Indonesia